BOLEHKAH MAINAN MENJADI KOLEKSI PERPUSTAKAAN?




Banyak orang yang mengira bahwa perpustakaan hanya digunakan sebagai sumber belajar, menyimpan informasi, menyimpan buku-buku, dengan segudang aturan dan larangan yang diterapkan kepada pemustaka. Namun, perpustakaan zaman now tentu sudah tidak terlihat kaku dan menyeramkan, perpustakaan sekarang cukup nyaman dan menyenangkan bukan hanya dijadikan tempat untuk membaca buku maupun mencari informasi di internet, tetapi juga bisa digunakan untuk bermain. Permainan merupakan hal yang cukup disenangi, baik oleh anak kecil, remaja, maupun dewasa. Dalam  Benarkah alat mainan diperbolehkan ada di dalam ruang perpustakaan? Jawabannya adalah boleh.

Undang-Undang No. 43 tahun 2007 pada Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara professional dengan sistem baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Dari kutipan tersebut sudah jelas bahwa perpustakaan juga memiliki fungsi rekreasi atau hiburan bagi pemustaka, salah satunya adalah dengan menyediakan alat permainan yang bisa digunakan oleh pemustaka sebagai hiburan yang bisa membuat pikiran pemustaka menjadi lebih fresh setelah menerima pelajaran di sekolah selama beberapa jam. Dalam instrumen akreditasi perpustakaan sekolah, juga disebutkan bahwa mainan termasuk sebuah keunikan yang terdapat dalam komponen 6 atau komponen penguat. Di komponen tersebut tertulis “Jenis keunikan (koleksi berkebutuhan khusus , model layanan, lokasi perpustakaan, desain tata ruang, desain gedung, alat peraga, mainan, alat-alat keterampilan, dll.)” dan untuk mendapatkan poin A, harus memiliki 5 buah dari jenis keunikan yang ada di perpustakaan.

Perpustakaan Sukma SMP Negeri 1 Karanganyar memiliki berbagai mainan yang bisa digunakan oleh pemustaka kelas VII, VIII maupun IX ketika waktu istirahat tiba. Alat mainan yang dimiliki diantaranya adalah alat permainan untuk mengasah otak, seperti dua buah papan catur, dan dua buah rubik. Perpustakaan Sukma juga memiliki alat mainan tradisional berupa dakon atau lumbungan, ular tangga, bola bekel, hingga monopoli.

Dengan memberikan alat permainan, siswa jadi lebih sering mengunjungi perpustakaan, siswa juga tertarik menggunakan alat mainan tersebut karena membuat pikiran menjadi fresh setelah seharian penuh mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Namun, siswa juga harus diberi panduan dan pengawasan dalam menggunakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

0 Response to "BOLEHKAH MAINAN MENJADI KOLEKSI PERPUSTAKAAN?"

Post a Comment