Gerakan Literasi Sekolah untuk Meningkatkan Peminjaman Buku di Perpustakaan

Gerakan Literasi Sekolah atau biasa disingkat GLS merupakan program yang diadakan oleh pemerintah yang pada prinsipnya mewajibkan siswa untuk membaca buku non pelajaran selamat 15 menit sebelum kegiatan belajar dimulai. Program Gerakan Literasi Sekolah tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Program ini didasari rendahnya pemahaman dan minat membaca siswa yang ada di Indonesia. Seperti yang tertulis dalam panduan gerakan literasi sekolah, praktik pendidikan di Indonesia saat ini belum memaksimalkan fungsi sekolah dalam mendidik siswanya untuk terampil membaca dan mendukung siswanya sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Gerakan Literasi Sekolah yang mewajibkan siswanya untuk membaca buku tentunya akan berhubungan langsung dengan perpustakaan yang notabene menjadi penyedia sumber informasi yang dibutuhkan di sekolah baik bagi siswa maupun warga sekolah yang lain. Program GLS ini bisa dimanfaatkan oleh perpustakaan untuk meningkatkan jumlah pengunjung maupun peminjam di perpustakaan sekolah tersebut.

Sedikit cerita tentang GLS yang berlangsung di sekolahan saya pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017, kegiatan GLS ini memanfaatkan buku bacaan yang ada di perpustakaan untuk dipinjamkan ke siswa untuk dibaca 15 menit sebelum pelajaran di mulai, siswa juga diperbolehkan membawa buku bacaan sendiri yang mereka suka untuk di baca di sekolah. Program ini dilaksanakan setiap hari dengan jatah dua hari untuk masing-masing rombel, misalnya untuk kelas VII hari Senin-Selasa, kelas VIII hari Rabu-Kamis, dan kelas IX hari Jumat-Sabtu. Dengan cara seperti ini, tentunya peminjaman buku di perpustakaan sangat meningkat dibandingkan sebelum adanya program GLS.

Namun sebelum memulai kegiatan GLS ini, petugas perpustakaan harus membuat data anggota perpustakaan setiap kelas dalam buku catatan. Contohnya seperti gambar di bawah ini.

Dikarenakan jumlah siswanya yang cukup banyak (masing-masing rombel sejumlah 288 siswa), tidak semua siswa datang ke perpustakaan untuk mengambil buku yang akan digunakan untuk kegiatan GLS, cukup perwakilan dari ketua kelas dan wakilnya untuk mengambil buku di perpustakaan untuk dibagi ke anggota kelasnya. Sedangkan petugas perpustakaan mencatat buku apa saja yang dipinjam. Ketua kelas memastikan bahwa buku yang dipinjam siswa sesuai dengan catatan yang ada di perpustakaan. Misalnya si A mendapat buku Raden Kian Santang dan si B mendapatkan buku Cindelaras, dan seterusnya.

Sedangkan untuk teknis pembagian buku adalah satu hari sebelum jadwal kegiatan GLS dilaksanakan. Misalnya untuk kelas VII jadwal GLS pada hari Senin dan Selasa, maka pembagian / peminjaman buku dilaksanakan pada hari Sabtu saat jam istirahat atau sebelum pulang sekolah, sehingga ketika Senin pagi berangkat ke sekolah, buku sudah ada di tangan siswa dan siap untuk dibaca sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Dengan kegiatan GLS ini, kita bisa memastikan bahwa semua siswa setidaknya pernah meminjam buku perpustakaan, karena sebelum kegiatan ini tentunya ada banyak siswa yang belum pernah meminjam buku perpustakaan bahkan sampai siswa tersebut lulus.

Jika kegiatan GLS ini dilakukan selama satu bulan penuh, peminjam buku yang tercatat tentunya akan mencapai ribuan dan menjadi sebuah kebanggan bagi staf perpustakaan ketika membuat laporan bulanan maupun tahunan karena memiliki statistik peminjam buku yang tinggi. Berikut ini adalah grafik peminjam buku perpustakaan ketika ada GLS ada semester kedua mulai dari bulan Januari 2017.


Namun selain meningkatkan jumlah peminjam buku perpustakaan, kegiatan GLS dengan memanfaatkan buku perpustakaan yang ada di sekolah saya ini juga cukup membuat kewalahan petugas perpustakaan. Petugas perpustakaan yang hanya 2 staf harus melayani sejumlah 288 siswa (9 kelas untuk masing-masing rombel) tentunya akan memakan waktu yang cukup lama, karena harus mencatat buku apa saja yang akan dipinjamkan ke siswa. Jika sudah terotomasi, kita juga harus menginput nomer buku pada aplikasi Slims Senayan. Belum lagi ketika istirahat melayani peminjaman buku yang bukan untuk GLS. Pekerjaan perpustakaan yang lain misalnya mengolah buku baru, inventarisasi, katalogisasi juga sedikit terbengkalai karena kegiatan GLS ini dilakukan setiap hari. Semoga ada saran dari teman-teman perpustakaan di sini akan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah ini lebih baik.

0 Response to "Gerakan Literasi Sekolah untuk Meningkatkan Peminjaman Buku di Perpustakaan"

Post a Comment